GEJOLAK HATI ARINDA
Entahlah, darimana harus bercerita curahan hatiku. Sebut saja aku Arinda, nama yang sempat viral di sekolahku. Siapapun tentu tidak ingin dimusuhi, dibenci, apalagi dihinakan di depan orang banyak. Semua itu telah menempel lekat pada diriku, sedekat urat nadi dileherku. Aku harus menerima perlakuan itu, aku tersiksa sampai menyesakkan dada. Sebuah tanya kadang hadir dalam benakku, mengapa banyak orang dengan mudahnya percaya dan ikut serta menyalahkan dan memojokkanku. Tapi itulah yang aku alami sampai terjadi peristiwa viralkan namaku, yang tak pernah aku lupakan.
Kisah hidupku terjun bebas dari ketinggian derajat, akibat ulah kedua orang tuaku. Ayahku meninggalkan ibuku setelah pertengkaran malam itu. Akibat ketipu, usaha ayahku bangkrut. Ayah dan Ibuku sering bersitegang karena kesulitan ekonomi, kemesraan sirna dari kehidupan keluargaku. Sampai akhirnya ayahku pergi bersama kekasih barunya, ibuku juga meninggalkanku mengikuti lelaki selingkuhannya. Aku diajak nenek tinggal di rumahnya.
Semalaman aku tidak bisa tidur, larut dalam kesedihan atas kehancuran keluargaku. Saat itulah jadi titik awal perubahan prilakuku. Aku ketiduran di kelas, guruku marah, hukuman dijatuhkan padaku tanpa minta penjelasan. Sejak itu perubahan besar terjadi, seakan teman-temanku mengucilkan aku, merendahkan aku. Aku merasa dunia semakin tidak adil, aku berontak melampiaskan kekecewaanku. Aku jadi sosok yang mudah tersinggung dan pemarah. Jadi langganan memperoleh panggilan guru BK, karena ulahku yang sering tak terkendali. Peristiwa siang itu membuat namaku jadi viral, aku teriak histeris dan aku acak-acak isi kelas, karena tidak kuat menahan beban hidupku. Nenekku kembali dipanggil ke sekolah untuk menerima keputusan aku di skorsing satu pekan. Kadang kasihan melihat nenek yang sering dapat teguran, karena dianggap gagal mendidikku. Satu pekan aku dalam perenungan dan kegamangan mengambil arah hidupku. Aku sungguh mencintai nenek dan tidak ingin mengecewakannya. Tapi entahlah, kepada siapa aku mengadu tentang kisahku dan keinginanku