SERBA 30 MENIT PEJUANG SUKSES LITERASI
Momentum menumbuh kembangkan nilai-nilai perjuangan dan nasionalis, mempunyai nilai penting di bulan ini. Agustus menjadi bulan yang sangat istimewa, karena di bulan inilah bangsa Indonesia merayakan HUT Kemerdekaan. Momen bersejarah yang biasanya disambut penuh rasa bahagia itu, tahun kini akan berbeda suasananya. Seperti diketahui tahun ini hampir seluruh negara berjuang melawan pandemi Covid-19. Sumbangsih pendidik untuk bangsa ini yaitu memberikan andil dalam menumbuh kembangkan anak-anak didik menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa nasionalis, cinta tanah air serta berkarya nyata.
Berkarya nyata dalam rangka mengisi kemerdekaan bisa dilakukan oleh siapapun dan di berbagai bidang kehidupan. Perjuangan di dunia pendidikan untuk mengisi kemerdekaan diantaranya melakukan gerakan serba 30 menit menuju sukses literasi. Karya nyata yang penulis lakukan adalah gerakan serba 30 menit berliterasi, berupa penerapan tiap hari minimal 30 menit untuk membaca, 30 menit menulis, dan 30 menit memaparkan virus literasi. Mewujudkan gerakan ini tidaklah semudah membalikkan tangan, semangat dan komitmen diri menjadi kunci keberhasilannya. Gerakan serba 30 menit berliterasi, pada akhirnya mulai menuai hasil yang membanggakan dalam berkarya nyata mengisi kemerdekaan.
Menumbuhkembangkan gerakan membaca 30 menit tiap hari bisa dilakukan tanpa mengatur secara ketat jadwalnya. Membaca dalam kesempatan yang bebas tanpa terikat waktu yang tepat dan terjadwal tiap harinya. Bisa dilakukan setelah subuh, menjelang berangkat kerja, malam hari setelah makan malam, atau di saat longgar jam kerja. Aktivitas dan cinta membaca adalah modal awal berpetualang dan berkarya nyata dalam berbagai sektor kehidupan yang dapat dilakukan tanpa mengganggu aktivitas rutin lainnya. Hal terpenting adalah komitmen menyisihkan waktu 30 menit tiap hari untuk membaca berbagai sumber informasi, baik dari media cetak maupun elektronik/ digital. Hasil yang nyata dan lahirnya karya besar anda bisa terwujud dengan membiasakan diri membagi waktu 30 menit untuk gerakan membaca.
Gerakan 30 menit tiap hari untuk menulis adalah upaya mengabadikan diri atas ide, gagasan, keilmuan dan nilai-nilai kehidupan serta peradaban. Sehebat apapun ide, gagasan, keilmuan dan nilai-nilai kehidupan serta peradaban yang kita miliki dan ajarkan, akan sirna bersama akhir kehidupan pemiliknya. Menulislah untuk keabadian diri, keabadian karya kita. Gerakan menulis 30 menit tiap hari dan mewujudkannya dalam karya tulis, akan memberi catatan karya bersifat abadi yang bisa di wariskan ke genarasi masa kini dan masa depan. Menulislah apa saja yang terlintas dan yang disukai, kemudian pilih genre karya tulis yang sesuai, cetak dalam bentuk buku, kirim di media cetak maupun media digital. Gerakan 30 menit menulis ini tidak harus terjadwal secara ketat, manfaatkan waktu senggang diantara padatnya kegiatan. Lambat laun anda akan dibuat tidak percaya bahwa Anda telah mempunya karya tulis, hanya dengan membiasakan diri melakukan gerakan 30 menit menulis tiap hari.
Hal yang sangat berharga dalam mengisi kemerdekaan, khususnya turut memperjuangkan tumbuh kembangnya literasi yaitu gerakan 30 menit tebarkan virus literasi. Di masa pandemi Covid-19 kita memang harus waspada diri untuk tidak memaparkan atau terpapar virus Covid-19, tetapi pergerakan pemaparan/ upaya menebar virus literasi harus selalu ditumbuhkembangkan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk turut andil mengembangkan literasi di lingkungan sekitar atau bahkan di dunia tanpa batas melalui jejak digital. Sebagai pendidik atau pegiat literasi bisa melakukan gerakan 30 menit memaparkan virus literasi. Penulis melakukan gerakan 30 menit memaparkan virus literasi, berupa memfasilitasi siswa untuk belajar menulis puisi, cerpen, essay dan baca puisi dalam bentuk kegiatan 30 menit belajar sastra di “Komunitas Siswa Pecinta Sastra” di sekolah sebelum jam belajar dimulai. Kegiatan berlangsung rutin kecuali hari Senin dan Jumat. Alhamdulillah, gerakan ini telah melahirkan siswa penulis dalam bentuk karya buku maupun termuat di surat kabar, bahkan mampu mengantarkan siswa menjuarai lomba cipta puisi, baca puisi, cipta dan baca puisi, menulis essay, menulis cerpen ditingkat sekolah, Kabupaten/ Kota, Propinsi, dan Nasional.
Gerakan nyata perjuangan serba 30 menit, telah memberi makna dalam mengisi kemerdekaan. Serba 30 menit merupakan perjuangan untuk mewujudkan sukses berliterasi. Salam literasi.
Drs. Supriyadi,S.E,M.Pd, lahir di Surabaya, 24 Nopember 1966, tinggal di Kabupaten Mojokerto. Berdinas sebagai Guru di SMPN 1 Sooko dan Dosen di STIE AL-ANWAR Mojokerto, menyandang nama pena Supriyadi Bro untuk mendekatkan diri pada pembaca karyanya.
Karya tulis yang dihasilkan yaitu, beberapa kali karya puisi dan cerpen di muat di Serambi Budaya Radar Mojokerto, Buku Sehimpun Puisi “KADO KATA”(2017), “MUTIARA JIWA”(2018), “KADO KATA” cetakan ke -2(2018), Buku sehimpun puisi bersama 12 penyair “MELIPAT WAKTU”(2018), Buku Bunga Rampai Tadarus Puisi Mojokerto ,”SAJAKKU SAJAK ALIF”(2018),Buku Sehimpun puisi bersama 25 penyair “MERAWAT JIWA YANG HILANG” (2018), Buku Antologi puisi bersama 1000 Guru ASEAN “GURU Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu”(2018) “TAMASYA WARNA” Karya bersama 27 penyair (2018), Buku Kumpulan Puisi “MENJARING LANGIT”(2019). Kumpulan Puisi bersama “PEREMPUAN-PEREMPUAN KENCANA”, (2020), Kumpulan Puisi bersama “CORONA”, (2020).
Drs. Supriyadi, S.E, M.Pd.
Alamat : Jalan Brangkal Indah 1/1 RT.4, RW.2, Desa Brangkal, Kec. Sooko, Kab. Mojokerto
Hp/WA. 085232960766, Email : supriyadi.mojokerto@gmail.com – FB: Supriyadi Bro