RESENSI BUKU MUTIARA JIWA
RESENSI BUKU
Judul Buku : Mutiara Jiwa
Katagori : Kumpulan Puisi
Penulis Buku : Supriyadi Bro
Tebal Buku : 85 Halaman
ANTARA JIWA, HATI DAN CINTA
Dalam Kumpulan Puisi MUTIARA JIWA karya Supriyadi Bro
- ABD GANI (Er-Bani)
“Akal yang sehat adalah akal yang mampu patuh
terhadap apa yang dipatuhi jiwa
Dan akal yang rusak adalah akal yang tak mampu
patuh terhadap apa yangdipatuhi jiwa”
(KHALIL GIBRAN, Sang Nabi)
Ketika pertama kali disodorkan dan membaca sajak-sajak Supriyadi Bro dalam antologi puisi MUTIARA JIWA tiba-tiba saja diajak mengarungi diksi “ Jiwa, Hati dan Cinta” sebuah petualangan yang mampu meluluhkan semua orang yang membacanya, dalam kumpulan puisi ini, penulis begitu lugas mengungkapkan perasaan hatinya. Sehingga kita dapat langsung menikmati keindahan kata dalam puisi itu, jikalau puisi diibaratkan seperti makanan maka penyair seolah menyajikan menu masakan yang sudah tidak asing bagi lidah kita, sehingga kita bisa langsung menikmatinya tanpa harus menerka rasa enak atau tidak, semisal dalam puisi MUTIARA JIWA ,
…
Satu raga, satu jiwa, kau pertaruhkan
Tiada pernah bertanya kapan kata akhir
Kapan bisa istirah untuk anak-anakmu
Keluh kesah terpendam dalam
Lelah derita kau abaikan
Senyum mengembang kau persembahkan
Ibu… Ibu… Ibu…
Laju waktu menggerus usia
Suka duka menggores raut wajah
Bercerita lukisan sukma setia mulia…
Ada sesuatu yang menarik dalam puisi Mutiara jiwa, puisi ini di tempatkan halaman awal, dalam antologi puisi MUTIARA JIWA, dan puisi ini pula yang pada akhirnya menjadi judul dari kumpulan puisi Supriyadi Bro. Seolah penyair mengungkapkan kalau cintakasih setiap manusia diawali oleh cinta kasih dari dan pada sosok yang kita panggil IBU, dan kenapa puisi MUTIARA JIWA dijadikan Judul Antologinya, disini juga seolah penyair ingin mengungkapkan cinta kasih tertinggi dan terbesar adalah cinta kasih dari dan pada IBU.
Penyair dengan sosok santun dan penuh cinta ini dengan lugas menuangkan gagasan-gagasan jiwa, hati dan cintanya serupa irama keyboard laptopnya yang berlompatan seiring irama keindahan cintakasih. Dan buku ini nantinya akan menjadi antologi puisi yangdiminati para pemuda yang sedan dibuai keindahan cinta, atau barangkali akan banyak di copas dijadikan story WA atau satus di FB atau bahkan mungkn di media sosial lainnya. Karena petualangan diksi jiwa, hati dan cinta Supriyadi Bro tidak berhenti pada ungkapan rasanya pada seorang ibu, namun kehadiran seorang wanita yang setia mendampingi hidupnya juga menjadi “korban” luapan cintakasih. Hal itu dapat kita lihat dlm puisi MAHKOTA CINTA
… Mahkota cintamu tetap tak pudar walau setitik Mahkota cintamu abadi melekat di setiap naluri Gapai asa, melukis mahligai cerita cinta Membingkai kisah- kisah esetiaan
Keindahan cinta antara kita berdua,
Mengikat raga dan Sukma
Mahkota cinta memancar kemulyaan, dan pengabdian
Mahkota cinta tersanjungkan di setiap lembut nafas
Atau puisi bejudul KASIH JIWAKU
… Kekasih jiwaku, kaulalah bidadariku Kekasihku, permaisuriku
Ibu anakku, belahan sisi hidupku Kau tercipta hanya untukku Walau dunia makin kikis
Walau waktu terhenti lelah
Kasih sayangku sepenuhnya untukmu.
Membaca puisi – puisi Supriyadi Bro Maka sangatlah tepat jika dikatakan kalau sastra (puisi) selalu hadir menawarkan keindahan hidup yang sejati, harus dijadikan sebagai solusi. Keindahan sastra (puisi) bisa menjadi pelipur lara dan mengobati segala ketakutan yang mencekam, serta memadamkan bara rasa yang dahsyat dengan mengusung dan mengemasnya selaksa cinta.
Dalam kumpulan puisi ini Supriyadi Bro ingin menawarkan satu topik yakni rasa cintanya sebagai sebuah dialog. Dialog dengan dan kepada siapa pun tanpa dibatasi masa atau waktu tertentu. Bahwa rasa saling mencintai seyogyanya selalu hadir dalam diskusi dan wacana keseharian kita.
Seolah ada pesan, topik ini menjadi selalu aktual kapan pun dan di mana pun. Cinta kasih yang ditawarkanpun tidak hanya terbatas pada lawan jenis saja, seperti halnya bagaimana penyair sangat mencintai dan menghormati sosok Guru dalam hidupnya. Hal itu dapat kita nikmati dalam puisi, SYAIR UNTUK GURUKU
Tak mampu deras air mata membasuh jasa guruku
Tak mampu kata berangkai mewakili gores ilmu melukis diri ini Persembahan berlianpun tak mengalahkan harga kemuliaan jiwanya Deret angka tak bisa menghitung pundi kehidupan diwariskan Goresan keimanan, kasih sayang, norma, engetahuan
bergradasi sempurna cipta lukisan kehidupan diri ini
Di antara bentang sajadah berselimut malam
Di antara kemesraan curahkan rasa pada-Nya
Kulantunkan dzikir dan doa menebus dosa
Kutumpahkan kegalauan rasa sesakkan dada,…
Dalam kumpulan puisi ini, penyair juga menyelipkan cinta kasih untuk negrinya, entah ungkapan itu tersurat atau tersirat, sebagaimana dalam puisi, SUMPAH ANAK NEGERI, SENYUM NUSANTARA, BANGKITLAH NUSANTARA, NEGERI SURGA, KARTINI BAHARI dan beberapa puisi lainnya.
Aku bersaksi atas sejarah nusantara Negeri terlahir di atas derita, berlumur darah revolusi,
bertabur takbir mengiringi
Aku anak negeri,
bersaksi atas sumpah sakti patih gajah mada
Aku anak negeri,
akan setia bakti berbalut sumpah pemuda
Aku anak negeri,
bersumpah untuk setia berbangsa yang satu,
bertanah air dan berbahasa yang satu yaitu Indonesia.
Mojokerto, 28 /10/ 2017
NEGERI SURGA
Negeri mana seindah Indonesia?
Mana ada negeri bertabur kenikmatan?
Negeri mana mampu sajikan hijau hutan, jernih air melimpah? Negeri beribu pulau, berpantai lembut indah bestari
Negeri beribu panorama menggugah gairah insani Negeri beribu kreasi budaya nusantara penuh pesona Melimpah rempah, flora, fauna, juga tambang di dasar tanah Laut biru membentang bertabur ikan dan kilau mutiara Penduduk nan ramah berhati mulia
Negeri amanah , cahaya surga Negeri elok, penuh hidayah Negeri surga, nikmat dunia…
Kompleksitas jiwa, cinta dan hati dalam antologi puisi MUTIARA JIWA, menawarkan bebagai rasa mulai cinta, rindu, duka dan semangat berbaur menjadi harmoni dalam kata, berikutnya teserah pembaca menikmati dari sisi mana, baik secara utuh maupun perbagian, karena membaca puisi adalah suatu kegiatan membaca yang unik, karena puisi lair dari perjalanan lahir maupun batin seorang penulis, dan nantinya pembacapun akan menafsirkannya berdasarkan pengalamannya sendiri. Ketika antologi ini sampai ditangan pembaca maka selamat karena anda akan diajak bemain dan mungkin menagis dalam untaian kata.
LANTAS MARILAH KITA DEKAP BERSAMA SEMUA RASA SERUPA BALUTAN PELANGI KATA DALAM ANTOLOGI MUTIARA JIWA