CINTA SUCI
Hidup itu bagai gelombang ombak laut yang tiada henti bergerak. Hidup yang dijalani gadis inipun senantiasa bergolak. Episode demi episode lintasan hidupnya harus dihadapi dengan hati lapang, sabar dan penuh perjuangan. Dia tidak bisa menikmati masa remaja yang konon penuh keceriaan dan berhias degup cinta kasih. Sebuah usaha yang tidak mudah, di usia yang masih kelas XI harus jadi tulang punggung keluarga. Setiap hari harus berjibaku antara sekolah, mencari nafkah, merawat adik dan ibunya. Sudah satu tahun tugas ayah dan ibunya diambil alih, karena inseden kecelakaan yang menyebabkan ayahnya meninggal dan ibunya lumpuh tanpa daya.
Tuntutan Profesilah dia harus tersenyum dan ceria di balik sayatan pedih kehidupan sebenarnya. Sebagai penyanyi amatir, uang yang di dapat tentu tidak terlalu banyak. Penghasilannya hanya cukup untuk belanja, beli obat untuk ibu, keperluan sekolah adik dan dirinya. Kalau lagi sepi job, berhutang pada pemilik orkes atau warung sebelah rumah. Tiada lagi air mata untuk ditumpahkan dari kesedihan dan beratnya tekanan hidup, apalagi di masa pandemi covid-19. Wabah virus yang mematikan itu telah menghancurkan Sendi-sendi ekonominya, banyak job yang dibatalkan.
Malam itu dia sulit memejamkan mata, memikirkan hadiah terbaik ulang tahun ibu tercinta. Beberapa rupiah telah ia sisihkan untuk mempersiapkan beli hadiah istimewa. Sudah tiga hari dia menemani ibunya yang kondisinya makin drop di ruang ICU. Di ruang itu tinggal berdua, dia bernyanyi lagu “IBU” dengan suara merdunya. Sebuah cincin diselipkan di jari manis ibunya, cincin yang sangat diimpikan ibunya ketika masih sehat. “Bunda, ini cincin dari Suci sebagai ungkapan cinta Suci. Selamat ulang tahun Bunda…”, kata Suci sambil mengecup kening ibunya. Tampak senyum ibunya mengembang dari bibirnya yang pucat pasi, dan itulah senyum terakhir sebagai balasan cinta tulus Suci.
Mojokerto, 4/9/2020