SIKSA DIAMMU
Gemerlap lampu di sepanjang jalanan, tidak lagi mencuri perhatiannya. Hati Izzana dilanda kegalauan, semenjak Andre menyimpan kata dan diam seribu bahasa. Keceriaan yang biasanya mewarnai cinta kasih mereka, sirna seketika. Izzana tidak lelah mencoba dan usaha memulai percakapan untuk mengungkap diamnya Andre. Hasilnya selalu rasa kecewa, Andre tetap diam, tidak sepatah kata keluar dari bibirnya. Tiap perjumpaan, hanya gemuruh detak jantung Izzana yang terdengar. Penyebabnya yaitu rasa sedih, kecewa yang memuncak bercampur amarah terpendam.
Dua pekan situasi saling diam masih terjadi. Sepulang kuliah seperti biasanya Andre mengantarnya sampai rumah. Andre diminta singgah sejenak, dengan harapan bisa saling berbicara. Izzana lebih suka didamprat jika salah, dibanding didiamkan tanpa kejelasan. Diamnya Andre benar-benar menyiksa, berat badan Izzana sampai turun drastis. Kian hari nafsu makannya hilang, bahkan kesulitan tidur. Harapannya berdamai kali ini juga gagal, tanpa sepata katapun keluar. Andre lansung tancap gas setelah Izzana turun dari sepeda motornya.
Izzana menangis sejadinya ketika masuk kamar. Hampir satu jam ia benamkan wajahnya ke bantal, agar tangis tidak terdengar orang tuanya. Tiba-tiba hp nya berbunyi, betapa ia terkejut ketika dilihat nama Andre. Akhirnya Andre membuka bicara “Selamat ulang tahun sayang… maafkan aku membuatmu marah. Aku diam sekedar ingin beri kejutan di ulang tahunmu. Bukalah tasmu, tadi kumasukkan hadiah untukmu. Aku kembali menjemputmu, cepat keluar temui aku ya sayang.” Rasa gusar dan geram kena prank, Melisa melesat tinggalkan kamar menemui kekasihnya.