SESAL MENDUA CINTA
Rasa sesal selalu datang di akhir peristiwa. Kisah cintaku dalam penantian panjang, setua tembok di sudut kampungku. Bermula dari ingin merasakan hati mendua, telah menyiksa diri larut dalam sesal yang tak kesudahan. Aku kehilangan gadis setia, cantik dan manja, hanya ulah usilku mendua cinta dengan Tantry gadis petualang cinta.
Hampir di akhir jumlah jemari yang kumiliki, kata yang kutulis dengan arang di tembok tua sudut kampungku belum juga berbalas. Gadis kekasih pertamaku seperti mentari yang kurindukan hadirnya di tiap pagi. Dia kucampakkan semenjak aku makin sulit lepas dari jerat cinta si Tantry. Aku kembali ingat ketulusan cinta gadis yang kutinggal semenjak habis kekayaanku dan dicampakkan Tantry.
Penantian panjang di jari kesepuluh terjawab misteri penantian hatiku. Pesan yang ku tulis di tembok tua, saksi setiap pertemuan ku dengan gadis itu telah tercoret “Tina, maafkan aku meninggalkanmu. Aku terjerat cinta palsu Tantry. Jika kau maafkan dan masih mau menerima ku, coretlah pesan ini”. Kehancuran hatiku sehancur logika ku. Pesan yang terlalu bodoh, karena siapapun bisa jahil mencoret pesan ku itu.
Mojokerto, 26/7/2020