LUKA YANG HILANG RASA
Sungguh luka rasa yang tidak lagi bisa dirasakan. Terlalu berjejal derita hidup yang dialami mbok Sarah. Sejak kecil hidup penuh liku dan seterjal tanah kelahirannya di perkampungan lereng gunung. Terlahir dari keluarga miskin, keseharian mbok Sarah ketika kecil terbiasa dengan kerja keras. Perputaran bumi tidak juga mampu memutar nasibnya. Hingga usianya tiga perempat abad, beban hidup makin sarat saja. Pandemi covid-19 makin runtuhkan pondasi perekonomian kalangan bawah termasuk mbok Sarah. Di usianya yang kian renta, masih harus berjibaku menghidupi dua cucunya. Keluarga bagi mbok Sarah adalah segalanya, ikatan cinta pada cucunya mampu mengalahkan getirnya kehidupan.
Agus dan Desy adalah dua cucu yang membuat mbok Sarah sering meneteskan air mata yang tidak lagi membasah. Mbok Sarah tidak tega dengan nasib yang dijalani cucunya, ditinggal ibunya kerja sebagai TKW di arab, dan ayahnya pergi entah kemana. Dua pekan sudah mbok Sarah sakit dan terbaring lemah, Satu-satunya sumber kehidupan kini berada di pundak Agus. Siswa kelas 4 ini, sepulang sekolah berkeliling dari sudut ke sudut kampung cari sisa pipilan jagung dari rumah penduduk yang mipil jagung. Sisa-sisa pipilan jagung dikumpulkan dan dibawa pulang untuk diolah jadi hidangan makan bertiga.
“Mbok, malam ini kita makan sepiring bertiga. Saya sudah usaha keliling desa, hanya itu yang Agus dapatkan”. Makanan dari olahan sisa pipilan jagung yang ditanak di atas tungku dan maron usang, seakan sudah menyatu dengan keseharian mbok Sarah dan kedua cucunya. Hari itu tidak ada lauk hanya ditaburi garam, karena tidak ada uang untuk membelinya. Biasanya ditambah dengan kecap dan kerupuk sudah jadi hidangan istimewa, tapi malam itu hanya garam menemani sepiring olahan pipilan jagung. Mbok Sarah memeluk Agus dan adiknya, sambil berpesan untuk selalu mensyukuri yang ada, dan kelak jika Agus sukses jangan melupakan orang-orang miskin. Senyum mbok Sarah tersungging menghibur cucunya, tapi dibalik senyumnya ada sebilah pedang yang menyayat hatinya. Tangisan kalbu mbok Sarah tenggelam dalam gemuruh rasa luka yang tiada lagi rasa luka.
Mojokerto, 26/8/2020