JEJAK KALUNG BENANG
Tergelatak tak berdaya di antara dedaunan yang jatuh dari ranting. Langit tampak berputar, walau dari selah lebat pepohonan hutan. Melda telah pergi selamanya, tapi tidak bagi Frans. Bayang maya seakan nyata, mengikuti kemana pun Frans melangkah. Anehnya ketika Frans mendekatinya, bayangan itu menjauh dan pergi. Kali ini bayangan itu melaju dan mengarah masuk ke kedalaman hutan. Sekelebat bayang itu seakan memanggil namanya, dan suaranya cukup ia kenali sebagai suara Melda. Tapi bayangan itu tak juga menampakkan wajah dengan jelas. Bayangan itu meminta pertolongan pada Frans dan memberi isyarat supaya mengikutinya. Siang itu adalah upaya terakhir mengikuti jejak bayangan. Dia sudah membulatkan tekad, jika tak ada hasil menemukan petunjuk akan mengakhiri pengejarannya.
Melda yang ia kenal dikabarkan meninggal kecelakaan ketika melakukan pendakian gunung. Meski sudah 100 hari peristiwa tersebut berlalu, Frans masih tidak yakin Melda meninggal karena faktor kecelakaan. Saat lelah raga mendera dan matanya makin kabur, sekelabat bayangan itu menghampirinya dan matanya menjadi gelap seketika. Terasa ada yang memegang erat dan rasa hangat di telapak tangannya. Seketika itu Frans merasa berada disuatu tempat yang sunyi dan samar. “Hai Melda, kau rupanya,” sapa Frans. Gadis berambut sebahu itu tampak menunduk sedih sambil menangis, matanya sembab dan wajah pucat pasi. “Frans, terimakasih kamu mengikutiku. Ada banyak hal yang akan aku ceritakan padamu”, suara pelan Melda hampir tak terdengar. Frans mendengarkan cerita Melda dengan penuh kesabaran. Tabir seakan tersingkap, bahwa Melda bukanlah meninggal akibat kecelakaan. Dia meninggal karena dibunuh sahabatnya yang juga sahabat dekat Frans. Bergediklah bulu roma Frans, seakan melesat raganya seiring pulih kesadarannya.
Pengejaran terhadap bayangan membawa hasil. Frans mencoba bangun dengan sisa tenaga yang dimiliki. Sesuai petunjuk dari pertemuannya dengan Melda, Frans mulai menggali gundukan di bawa pohon. Betapa shoc dia ketika menemukan potongan balok dan jaket yang berlumur darah kering, serta seutas tali. Persis sama yang diceritakan Melda. Satu lagi benda yang tak asing bagi Frans, yaitu kalung benang milik sahabat dekatnya. “Ini jelas kalung Herdy, yang sempat ditarik Melda dan dimasukkan di kantong Jaketnya. Saat itu terjadi perlawanan sebagaimana yang tadi diceritakan Melda,” kata Frans. “akhirnya ketemu titik terang kepenasaranku. Tidak akan kubiarkan kasus ini, dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Gila, kenapa penolakan cinta bisa berakhir begitu, ya,” kata-kata Frans penuh kegeraman sambil meninggalkan lokasi.
Mojokerto, 17/6/2020