HATI YANG TERPENJARA
Lela adalah nama yang selalu hadir dalam mimpiku. Padahal belum pernah tahu siapa gadis murah senyum berambut sebahu tersebut. Kian lama semakin kuat getaran rasa dalam kalbuku. Ingin rasanya melupakan wajah dan senyumnya yang mesra. Tapi makin ku coba menghapus, makin hadir rindu tanpa jedah. Lela benar-benar membuatku lelah pikir, membuatku kehilangan fokus kerja rutinku. “Hai, sedang ngelamuni siapa? Sampai segitunya, serius banget,” goda Herlina sekretaris di kantor.
Malam telah lewat dari batas titik 0, mata kian lebar saja. Aku juga mencoba menghindar hadirnya Lela mengisi mimpiku malam ini. Suara panggilan mengagetkanku, saat kulihat layar hp tampak profil Herlina. Kuterima dan kuajak Herlina berbincang ringan tentang banyak hal. Benar-benar kehadiran Herlina sedikit menghibur, dan mengusir keresahan. Akhir-akhir ini perhatian Herlina padaku juga makin asyik saja. Sungguh sebuah tanya tentang rasa dalam diriku, sampai akhirnya serangkai kata meluncur dari bibir untuk mengajak Herlina pulang bareng saat pulang kerja esok hari.
Selama perjalanan bareng pulang kerja, saya dan Herlina saling curhat tentang permasalan diri masing-masing. Tanpa terasa, telah sampai di depan rumah Herlina. Aku sempatkan mengantarkan depan pintu rumah, sekaligus perkenalkan diri pada ortu Herlina. Sungguh kelelahan kerja sepanjang hari, membuatku tidur pulas saat rebahan di kursi sambil menonton TV. Menjelang subuh, mimpi itu hadir kembali. Entah mengapa kehadiran yang sesaat di mimpi itu telah meruntuhkan sendi-sendi pertahanananku untuk melupakannya. Aku jadi ingin mencari siapa sebenarnya Lela dalam kehidupan nyata. Sungguh aku terkurung dalam misteri pencarian, yang barangkali tidak akan pernah ketemu dengannya.
Mojokerto, 26/ 11/2021